Tha.Sha.My.Win.Pit

rss

Senin, 05 April 2010

What is Psychology of Existential?

DEFINISI KEPRIBADIAN DARI PSIKOLOGI EKSISTENSI


TEORI
Psikologi Eksistensial tidak memiliki pendiri aliran tunggal. Akan tetapi, Psikologi Eksistensial memiliki akar pada hasil kerja beraneka ragam kelompok filsuf dari paruh kedua abad XIX, khususnya Soren Kierkegaard dan Frederich Nietzsche.
Kierkegaard dan Nietzsche memiliki ketertarikan yang berbeda. Kierkegaard tertarik untuk mengembalikan kedalaman keyakinan mengalahkan religi yang kering di kota Copenhagen waktu itu; Nietzsche, di sisi lain, terkenal karena ungkapannya “God is dead!” Walaupun demikian, mereka lebih cenderung berbeda dari filsuf-filsuf pendahulu mereka dibandingkan perbedaan di antara mereka sendiri. Keduanya melakukan pendekatan filsafat dari sudut pandang orang yang nyata, yang terlibat dalam kesulitan-kesulitan kehidupan nyata. Keduanya percaya bahwa eksistensi manusia tidak dapat ditangkap dalam sistem rasionalyang kompleks, agama, atau filsafat. Keduanya lebih mendekati disebut sastrawan dibandingkan ahli logika.
Sejak Kierkegaard, Nietzsche dan beberapa filsuf lain, psikolog baru-baru ini mencoba untuk memperjelas, memperluas, dan mempromosikan ide-ide eksistensialisme. Mereka berusaha melawan arus filsafatyang mengedepankan logika, rasionalitas, dan sistematis, dan melawan arus psikologi yang direduksi menjadi fisiologi dan perilaku.

DEFINISI
a.Definisi Psikologi Eksistensial
Eksistensial adalah sebuah aliran yang menolak untuk memandang manusia sebagai hasil dari reduksi berdasar pandangan ilmu pengetahuan alam, yaitu semua perilaku didasarkan pada hukum causa prima. Eksistensialis menilai bahwa manusia tidak dapat dijelaskan dengan kompleksitas sistem-sistem rasional. Psikologi eksistensial tidak mengkonsepsikan tingkah laku sebagai akibatdari perangsang dari luar dan kondisi-kondisi badaniah dalam manusia. Konsep eksistensial perkembangan yang paling penting adalah konsep tentang menjadi. Eksistensi tidak pernah statis, tetapi selalu berada dalam proses menjadi sesuatuyang baru, mengatasi diri sendiri. Tujuannya adalah untuk menjadi manusia sepenuhnya, yakni memenuhi semua kemungkinan dalam kehidupannya.
b.Kepribadian Secara Eksistensial
Kepribadian adalah cara manusia menuju individu yang Menjadi, individu yang bisa menentukan siapa, menjadi apa, dan bagaimana menjadi dirinya yang mampu mempergunakan potensinya dengan maksimal.
PRINSIP DASAR
1. Eksistensi manusia adalah suatu proses yang dinamis, suatu “menjadi” atau “mengada”. Hal ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri yakni existence yang artinya “ke luar dari” atau “ mengatasi” dirinya sendiri. Jadi eksistensi bersifat lentur dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran tergantung padindividu dalam mengaktualisasi poensinya.

2. Eksistensi adalah pemberian makna. Hal ini sesuai dengan hakekat kesadaran manusia itu sendiri sebagai intensionalitas, yang selalu mengarah keluar dirinya dan melampaui dirinya (Transendensi).

3. Eksistensi adalah ada-dalam-dunia (in-der-welt-sein). Manusia tidak hidup sendiri dan berada dalam diri sendiri, melainkan berada dalam dunianya. Ada-dalam-dunia adalah struktur dasar mengadanya manusia. Kata sambung disini menunjukkan bahwa mengadanya manusia tidak bisa terlepas dan tidak dapat terrealisasi tanpa dunianya. Tidak mungkin manusia dilepaskandari dunianya dan sebaliknya tidak mungkin dunia dilepaskan dari manusia yang mengkonstitusikannya (menciptakan atau memaknainya). Dunia yang dimaksud bukan hanya sebagai lingkungan fisik namun juga dunia pribadi individu tersebut.

4. Manusia hidup dalam Mitwelt, Eigenwelt, dan Umwelt. Beda antara manusia dengan hewan terletak pada kompleksitas manusia, yang hidup bukan hanya dalam Umwelt (dunia fisik) tapi juga dalam Mitwelt (lingkungan manusia) dan Umwelt (lingkungan diri manusia itu sendiri)
  • Umweit (dunia biologis, “lingkungan”)
Dunia objek disekitar kita, dunia natural. Yang termasuk dalam umwelt diantaranya kebutuhan-kebutuhan biologis, dorongan-dorongan, naluri-naluri, yakni dunia yang akan terus ada, tempat dimana kita harus menyesuaikan diri. Akan tetapi umwelt tidak diartikan sebagai “dorongan-dorongan” semata melainkan dihubungkan dengan kesadaran-diri manusia.
  • Mitweit (“dunia bersama”)
Dunia perhubungan antar manusia dengan manusia yang lain. Didalamnya terdapat perhubungan antar berupa interaksi manusiawi yang mengandung makna. Dalam perhubungan tersebut terdapat perasaan-perasaan seperti cinta dan benci yang tidak pernah bisa dipahami hanya sebagai sesuatu yang bersifat biologis semata.
  • Eigenwelt (“dunia milik sendiri”)
Adalah kesadaran diri, perhubungan diri dan secara khas hadir dalam diri manusia. Eigenwelt adalah kesadaran-diri, perhubungan diri, dan secara khas hadir alam diri manusia. Selain itu eigenwelt adalah pusat dari perspektif diri dan pusat dari perhubungan diri dengan benda atau orang lain. Tanpa ini kita manusia akan kehilangan kesadaran-dirinya bahwa ”aku-ada” dan keberadaanku itu tidak bisa disangkal. Tanpa kesadaran itu manusia akan kehilangan orientasi dan dengan demikian kehilangan eksistensinya.

5. Eksistensi adalah ”milik pribadi”. Tidak ada dua individu yang identik. Tidak ada pula dua pengalaman yang identik. Oleh sebab itu eksistensi adalah milik pribadi yang keberadaannya tidak tergantikan oleh siapa pun.

6. Eksistensi mendahului esensi. Kalimat terkenal ini dinyatakan oleh Sartre. Kalimat ini bermakna bahwa nasib dan takdir manusia, struktur hidup manusia, dan juga konsepsi tentang manusia, adalah dipilih dan ditentukan sendiri oleh manusia. Bahwa eksistensi manusia merupakan produk dari kebebasan manusia itu.

7. Eksistensi adalah tentang ke-otentik-an. Menurut Heiddeger (1962) dan Sartre (1966), eksistensi sebagian besar manusia adalah tidak otentik karena dikuasai oleh kekuatan massa atau oleh pesona benda dan mengabaikan hati nurani. Kebalikannya, eksistensiyang otentik adalah eksistensi yang setiap perilakunya berasal dari hati nurani dan pilihan bebasnya sendiri.

link :
http://one.indoskripsi.com/node/3385

0 komentar:

Posting Komentar