"My Name Is Khan"
Analisis Eksistensial :
Rizvan Khan adalah seorang muslim pengidap Asperger Syndrome yang selama hidupnya dibiasakan untuk hidup selayaknya orang biasa namun dengan berlandaskan sudut pandangnya seorang diri karena Khan memiliki keterbatasan sebagai penyandang autis. Khan tidak menyukai kontak fisik dengan orang lain serta memiliki kesulitan untuk mengerti ekspresi emosi manusia atau suatu kata-kata/bentuk yang memiliki banyak arti. Ekspresi emosi manusia itu terkadang sulit untuk ditebak, mudah berubah-ubah dan kadang memiliki makna berbeda. Khan cenderung lebih nyaman untuk menarik diri dari lingkungan sosial, karena memiliki keterhambatan dalam komunikasi dengan sesama yang seringkali merasa tidak mengerti bentuk emosi atau maksud dari yang dibicarakan orang lain. Namun demikian tidak memiliki hambatan dalam perkembangan bahasa, hanya saja ia tidak bisa menyerap banyak informasi atau berlebih dalam satu waktu. Oleh karena itu Khan tidak menyukai keramaian atau suara bising karena membuatnya bingung, sulit untuk fokus dan ingin menghindari sumber kebisingan, semakin terlalu banyak data yang masuk semakin informasinya tidak dapat dipilah dan jika didesak maka Khan semakin hilang kendali, meskipun merasa ingin melarikan diri.
Dibalik kekurangannya kecerdasan yang tinggi memberikan kelebihan tersendiri pada Khan. Ibunya memberikan fasilitas kepada Khan untuk mengembangkan kecerdasannya dengan mendalami ilmu alam dan banyak membaca buku pengetahuan, sehingga Khan dapat berkarya dari kelebihan yang ia miliki itu, salah satunya dengan memperbaiki alat-alat elektronik para tetangganya, atau membuat alat untuk mengatasi banjir di desanya. Namun Khan sendiri tidak mengerti untuk apa ia melakukan pekerjaan itu, yang ia tahu mungkin saja ia hanya harus berhubungan dengan peralatan lalu memperbaiki sesuatu dan membuat sesuatu berdasarkan pengetahuan yang ia miliki, khususnya untuk benda mati yang jauh lebih ia sukai menurutnya dibandingkan dengan bersentuhan dengan sesama atau mendengarkan banyak pembicaraan orang atau suara bising di luar sana. Dengan bersentuhan terutama dengan orang baru, Khan merasa tidak nyaman, risih, butuh penyesuaian atau adaptasi dahulu terhadap sentuhan-sentuhan tersebut. Karena begitu peka dengan sentuhan-sentuhan baru, dapat membuat Khan menjadi tidak terkendali karena ketidaknyamanan tersebut. Suara bising membuatnya bingung, penging, pusing membuatnya tidak fokus dan tidak nyaman.
Khan memiliki pemikiran dengan tingkat rigiditas yang cukup tinggi. Rigiditas ini dikarenakan Khan suka dengan semua hal yang teratur, berurut, sistematis sehingga tidak membuatnya bingung. Satu cara untuk membuat hal berlangsung teratur adalah berpikir logis terutama jika hal itu menyangkut angka-angka atau argumen. Khanpun konsisten atas apa yang sudah ia ucapkan, berusaha untuk selalu menepati janjinya, serta tepat waktu. Namun hal itu dikarenakan Khan cenderung bersikap atau bertingkah laku sesuai dengan pengetahuan atau sudut pandang yang ia miliki. Contoh kecilnya seperti : Khan menghindari warna kuning karena di dalam pengetahuan warna kuning memiliki arti yang kurang baik. Warna kuning jika dipikir adalah warna yang menjijikkan dan menakutkan, misalnya penyakit kuning. Khan bertingkah laku karena suatu keharusan, atau karena lingkungan yang membentuknya untuk melakukan sesuatu, maka ia akan melakukan sesuatu seperti suatu pekerjaan hingga tuntas, meskipun itu bukan untuk dirinya sendiri. Hal inilah yang mendasarinya untuk berperilaku, seperti ia mencari kebahagiaan atau pergi menemui adiknya karena harus memenuhi permintaan ibunya, atau di saat ia pergi menemui presiden hanya untuk mengatakan bahwa ia bukan teroris karena permintaan istrinya jika ia ingin dimaafkan.
Khan tidak mampu untuk berbohong oleh karena itu ia memiliki kepolosan yang tinggi, karena menurut ibunya seorang Khan tidak akan pernah ingkar dan bohong. ”Bohong itu tidak masuk akal, berbohong adalah kalau kau mengatakan sesuatu telah terjadi padahal sebetulnya tidak. Tapi selalu hanya ada satu hal yang terjadi pada saat tertentu dan di tempat tertentu, dan tak terhingga banyaknya hal yang tidak terjadi pada saat itu dan di tempat itu. Dan jika ”aku” membayangkan sesuatu yang tidak terjadi maka aku juga langsung mulai membayangkan semua hal lain yang tidak terjadi”. Khan tidak menyadari bahkan tidak mengerti apa yang sedang dialami olehnya, sekalipun ia sedang diobjekkan oleh seseorang.
Di saat Khan masuk penjara dan ditanya paksa mengenai Al-Qaeda, yang ia pikirkan hanya ia menyesal mengapa ia tidak membaca buku tentang Al-Qaeda terlebih dahulu sehingga ia tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukkan. Khan pun menepati janji kepada istrinya untuk tidak menemui istrinya sekalipun berada di depan matanya dan kepada John untuk menyampaikan ”howdy” di saat ia bertemu dengan presiden tanpa mengetahui maksud dari John itu untuk apa. Bahkan disaat mempersunting Mandeera pun, Khan dengan polosnya memintanya untuk menikahinya hanya karena ia merasa bahwa Mandeera adalah seseorang wanita yang baik, tanpa melihat sudut pandang agama seperti yang dikatakan ibunya bahwa manusia di dunia ini hanya ada dua yaitu baik dan jahat.
Khan sendiri tidak mengenal arti eksistensi diri, pengakuan, pilihan hidup dan sebagainya. Namun orang lain dapat mengakui keberadaan dan loyalitas Khan dari kelebihan dan kekurangnya dan itu merupakan penghargaan eksistensi terhadap dirinya, meskipun Khan tidak mengetahui atau menyadari apa yang sudah ia lakukan dan yang sudah ia capai, karena yang ia ketahui hanyalah ia berhasil menepati janjinya.
Dibalik kekurangannya kecerdasan yang tinggi memberikan kelebihan tersendiri pada Khan. Ibunya memberikan fasilitas kepada Khan untuk mengembangkan kecerdasannya dengan mendalami ilmu alam dan banyak membaca buku pengetahuan, sehingga Khan dapat berkarya dari kelebihan yang ia miliki itu, salah satunya dengan memperbaiki alat-alat elektronik para tetangganya, atau membuat alat untuk mengatasi banjir di desanya. Namun Khan sendiri tidak mengerti untuk apa ia melakukan pekerjaan itu, yang ia tahu mungkin saja ia hanya harus berhubungan dengan peralatan lalu memperbaiki sesuatu dan membuat sesuatu berdasarkan pengetahuan yang ia miliki, khususnya untuk benda mati yang jauh lebih ia sukai menurutnya dibandingkan dengan bersentuhan dengan sesama atau mendengarkan banyak pembicaraan orang atau suara bising di luar sana. Dengan bersentuhan terutama dengan orang baru, Khan merasa tidak nyaman, risih, butuh penyesuaian atau adaptasi dahulu terhadap sentuhan-sentuhan tersebut. Karena begitu peka dengan sentuhan-sentuhan baru, dapat membuat Khan menjadi tidak terkendali karena ketidaknyamanan tersebut. Suara bising membuatnya bingung, penging, pusing membuatnya tidak fokus dan tidak nyaman.
Khan memiliki pemikiran dengan tingkat rigiditas yang cukup tinggi. Rigiditas ini dikarenakan Khan suka dengan semua hal yang teratur, berurut, sistematis sehingga tidak membuatnya bingung. Satu cara untuk membuat hal berlangsung teratur adalah berpikir logis terutama jika hal itu menyangkut angka-angka atau argumen. Khanpun konsisten atas apa yang sudah ia ucapkan, berusaha untuk selalu menepati janjinya, serta tepat waktu. Namun hal itu dikarenakan Khan cenderung bersikap atau bertingkah laku sesuai dengan pengetahuan atau sudut pandang yang ia miliki. Contoh kecilnya seperti : Khan menghindari warna kuning karena di dalam pengetahuan warna kuning memiliki arti yang kurang baik. Warna kuning jika dipikir adalah warna yang menjijikkan dan menakutkan, misalnya penyakit kuning. Khan bertingkah laku karena suatu keharusan, atau karena lingkungan yang membentuknya untuk melakukan sesuatu, maka ia akan melakukan sesuatu seperti suatu pekerjaan hingga tuntas, meskipun itu bukan untuk dirinya sendiri. Hal inilah yang mendasarinya untuk berperilaku, seperti ia mencari kebahagiaan atau pergi menemui adiknya karena harus memenuhi permintaan ibunya, atau di saat ia pergi menemui presiden hanya untuk mengatakan bahwa ia bukan teroris karena permintaan istrinya jika ia ingin dimaafkan.
Khan tidak mampu untuk berbohong oleh karena itu ia memiliki kepolosan yang tinggi, karena menurut ibunya seorang Khan tidak akan pernah ingkar dan bohong. ”Bohong itu tidak masuk akal, berbohong adalah kalau kau mengatakan sesuatu telah terjadi padahal sebetulnya tidak. Tapi selalu hanya ada satu hal yang terjadi pada saat tertentu dan di tempat tertentu, dan tak terhingga banyaknya hal yang tidak terjadi pada saat itu dan di tempat itu. Dan jika ”aku” membayangkan sesuatu yang tidak terjadi maka aku juga langsung mulai membayangkan semua hal lain yang tidak terjadi”. Khan tidak menyadari bahkan tidak mengerti apa yang sedang dialami olehnya, sekalipun ia sedang diobjekkan oleh seseorang.
Di saat Khan masuk penjara dan ditanya paksa mengenai Al-Qaeda, yang ia pikirkan hanya ia menyesal mengapa ia tidak membaca buku tentang Al-Qaeda terlebih dahulu sehingga ia tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukkan. Khan pun menepati janji kepada istrinya untuk tidak menemui istrinya sekalipun berada di depan matanya dan kepada John untuk menyampaikan ”howdy” di saat ia bertemu dengan presiden tanpa mengetahui maksud dari John itu untuk apa. Bahkan disaat mempersunting Mandeera pun, Khan dengan polosnya memintanya untuk menikahinya hanya karena ia merasa bahwa Mandeera adalah seseorang wanita yang baik, tanpa melihat sudut pandang agama seperti yang dikatakan ibunya bahwa manusia di dunia ini hanya ada dua yaitu baik dan jahat.
Khan sendiri tidak mengenal arti eksistensi diri, pengakuan, pilihan hidup dan sebagainya. Namun orang lain dapat mengakui keberadaan dan loyalitas Khan dari kelebihan dan kekurangnya dan itu merupakan penghargaan eksistensi terhadap dirinya, meskipun Khan tidak mengetahui atau menyadari apa yang sudah ia lakukan dan yang sudah ia capai, karena yang ia ketahui hanyalah ia berhasil menepati janjinya.
2 komentar:
menurut kelompok kami, sebenarnya Khan itu mengerti maksud dari upayanya menepati janji. ia membutuhkan pengakuan dari istrinya dan mengharapkan untuk bisa hidup bersama istrinya kembali. karna ketika ia hidup bersama istrinya, ia merasa hidupnya bermakna. jadi ia berusaha bereksistensi dan memaknakan kembali hidupnya..
semoga masukan ini bermanfaat.. ;)
iyaa tapi sebelumnya kami sudah pernah mengajukkan analisis yang teman2 sebutkan, tapi ternyata bukan itu yang dimaksud eksistensial menurut Khan sendiri... kami mencoba benar2 menghayati dari sudut pandang aspergernya sebagai Khan, bukan apa yang sutradara ingin para penonton rasakan/pikirkan mengenai khan...
pada awalnya kami pun terjebak pada sudut pandang observer... tap iterima kasih kritik dan sarannya.. n_n
Posting Komentar